Translate

Senin, 30 Juni 2014

22 Juni 1527 Hari Pembantaian Orang Betawi ?

Banyak orang Betawi atau Jakarta yang meyakini tanggal kelahirannya adalah 22 Juni. Seperti halnya kebanyakan orang Betawi yang tidak mau tahu tanggal dan hari lahirnya. Mereka setuju saja tanggal 22 Juni sebagai HUT Jakarta. Berikut ulasannya. 

Kota Jakarta, mungkin karena benda mati, nggak tahu dan setuju saja ketika ditetapkan 22 Juni 1527 sebagai kelahirannya tanpa menguji lebih jauh. Sebagai generasi kritis, sudah waktunya kita bertanya, 22 Juni yang ulang tahun siapa? Kenapa ?

Sejarahwan & Budayawan Betawi, Drs.H.Ridwan Saidi, ternyata sejak tahun 1988 sudah mengajak banyak pihak menguji kebenaran penetapan tanggal 22 Juni sebagai kelahiran kota Jakarta, tapi selalu diabaikan. Tapi tidak tahun ini, yang kita harapkan sebagai tahun terakhir digunakannya tanggal 22 Juni sebagai tanggal lahir Kota Jakarta.



Kita tengok ke belakang, kata Ridwan Saidi akan kita dapati prosesi sejarah Bandar Kalapa yang sejak abad XV sudah menjadi bagian dari kekuasaan Kerajaan Sunda Pajajaran. Pada tahun 1520, Kerajaan Sunda Pajajaran mengutus Wak Item orang dari Kerajaan Tanjung Jaya yang juga merupakan bagian dari kerajaan Sunda Pajajaran. Disebut Wak Item,karena berpakaian serba item (hitam) seperti suku Baduy.Wak Item disebut juga Batara Katong, karena memakai mahkota dari emas.

Kemudian Cirebon fitnah Wak Item sebagai penyembah berhala.
Dalam kajian sejarah, Wak Item merupakan proto manusia Betawi (sebelum dipastikan sebagai suku Betawi). Wak Item ditugaskan sebagai Xabandar (syahbandar) Bandar Kalapa atau dikenal Pelabuhan Sunda Kelapa. Ada pula menyebut, Fatahillah menyerbu Kalapa dengan maksud meng-Islam-kan penduduk Labuhan Kalapa. Padahal orang-orang Betawi sendiri telah menjadi Islam oleh Syekh Hasanuddin Patani pada Abad XV, mulai dari pesisir Timur Pulo Kalapa sampai Tanjung Kait di barat.

Asalnya memang orang Betawi monoteistik (sejak Abad V) seperti dalam temuan Batujaya, Lalampahan, Bujangga Manik, Syair Buyut Nyai Dawit. Monoteisme leluhur Betawi dihajar Tarumanegara pada abad IV (Wangsakerta), tapi Pajajaran tidak ganggu, baik ketika masih monoteistik maupun setelah menjadi Islam.

Bahkan Prabu Siliwangi memproteksi Pesantren Syekh Hasanuddin Patani (Babad Tanah Jawa, Carios Parahiyangan). Jadi tidak benar pada tahun 1527, Fatahillah menyerbu Wak Item & orang Betawi di Labuhan Kalapa, karena alasan mereka penyembah berhala.


Pelabuhan Sunda Kelapa adalah pintu masuk perdagangan yang ramai pada jaman itu, sehingga merangsang pihak manapun untuk menguasainya. Fatahillah kemudian menjadi utusan Sunan Gunung Jati untuk merebut Bandar Kalapa. Kemenangan Fatahillah 22 Juni 1527 dijadikan sandaran menetapkan perubahan Sunda Kelapa menjadi Jayakarta dan kemudian berubah menjadi Jakarta. Kemenangan ini disebut “Fathan Mubina” kemenangan besar dan nyata, dan Fatahillah disanjung sebagai pahlawan, kemudian tanggal kemenangannya ditetapkan sebagai hari ulang tahun kota Jakarta.Bisa dipastikan Fatahillah adalah pahlawan bagi orang Cirebon, tapi tidak sebagai pahlawan bagi orang Betawi. Dari folklore yang masih hidup di sementara kalangan penduduk Bogor asli penaklukan oleh Fatahillah disebut sebagai perang Betawi.

Perang Penaklukan ini menelan korban yang tidak sedikit anatara lain, musnahnya 3.000 rumah yang dirusak oleh Fatahillah (de Quoto: 1531), tewasnya Wak Item atau Batara Katong versi naskah Cirebon beserta puluhan pengawal Labuhan. Daerah Mandi Rancan dikosongkan dari penduduk asli dan menjadi puing-puing reruntuhan belaka sampai Pangeran Jayakarta menjualnya pada Belanda pada 1602.


Menurut Ridwan Saidi, Labuhan Kalapa dikuasai Kerajaan Sunda Pajajaran dan Orang Betawi sebagai pelaksana yang ngurusin Labuhan Kalapa. Pada saat Fatahillah menyerbu Labuhan Kalapa, ada 3.000 rumah orang Betawi yang dibumi hanguskan (menurut buku de Quoto 1531) pasukan Fatahillah yang jumlahnya ratusan. Penduduk Betawi ini kemudian berlarian ke bukit-bukit hidup bagai Tarzan. Menurut Ridwan Saidi, Wak Item sebagai Xabandar Labuhan Kalapa hanya punya pasukan pengikut sebanyak 20 orang. Dengan gigih melawan pasukan Fatahillah, walau akhirnya semua tewas, mati syahid melawan penjajah dari pasukan Koalisi Demak-Cirebon-Banten.

Syahbandar Wak Item tewas dan ditenggelamkan ke laut oleh pasukan Fatahillah,sementara 20 orang pengikutnya semua juga tewas (Babad Cirebon).Menurut Ridwan Saidi, tidak pernah ada pertempuran antara Fatahillah dengan Portugis, karena armada Fransisco de Xa tenggelam diperairan Ceylon. Jadi yang menghadapi Pasukan Fatahillah adalah Xabandar Wak Item dengan pengawal-pengawalnya yang berjumlah 20 orang. Bahkan menurut beliau Fatahillah juga dibantu tentara asal Gujara, anak buahnya di Pasai.

Ketika Fatahillah menguasai Bandar Kalapa, maka orang-orang Betawi yang ada, tidak boleh mencari nafkah sekitar Labuhan Kalapa (Hikayat Tumenggung Al Wazir). Kalau kemudian hari orang Betawi membantu VOC menghancurkan kerajaan Jayakarta, adalah wajar karena dendam orang terusir. Pada tahun 1619, kerajaan Jayakarta akhirnya takluk pada VOC karena mendapat bantuan orang Betawi,sebagai pelampiasan dendam saja.

Spoiler

Tidak ada komentar:

Posting Komentar