Siapa yang tidak mengenal sosok Ir. Soekarno? Ya, beliau adalah presiden
pertama Indonesia yang juga dikenal sebagai Pahlawan Proklamasi atas jasanya memproklamasikan kemerdekaan
Indonesia pada 17 Agustus 1945, yang sekarang dikenal sebagai Hari Kemerdekaan
Indonesia. Di tengah kekosongan kekuasaan yang terjadi di Indonesia karena
pengeboman bom atom oleh pasukan Sekutu di Jepang, para pemuda menculik Ir.
Soekarno dan Drs. Moh. Hatta ke Rengasdengklok agar mereka tidak dipengaruhi
Jepang. Usaha tersebut membuahkan hasil dan pada Jumat, 17 Agustus 1945 pukul
10:00 WIB, merdekalah Indonesia dengan pembacaan naskah proklamasi yang
ditandatangani oleh Ir. Soekarno dan Drs. Moh. Hatta atas nama bangsa
Indonesia.
Ir. Soekarno atau juga dikenal dengan Bung Karno lahir di Blitar, Jawa
Timur, 6 Juni 1901 dengan nama Koesno Sosrodihardjo, dan wafat pada tanggal 21
Juni 1970 di Jakarta. Beliau adalah seorang presiden yang tidak hanya dihormati
oleh rakyat, tetapi juga oleh banyak pemimpin di seluruh dunia karena
keberanian beliau melawan musuh-musuh yang dianggap dapat mengacaukan keutuhan
Indonesia.
Bung Karno yang masih muda dianggap sebagai penjahat berbahaya oleh
Belanda dan dipenjara di Desa Sukamiskin, Bandung. Dalam buku ‘Bung Karno Masa Muda’, Ibu Wardoyo,
kakak Bung Karno mengatakan bahwa telur merupakan alat komunikasi Bung Karno
yang saat itu sedang dipenjara dengan dunia luar. Beliau mendapat kabar-kabar
di luar penjara melalui telur-telur yang dikirim oleh Inggit, istri Bung Karno.
Bila Inggit mengirimkan telur asin, maka berarti ada kabar buruk yang menimpa
rekan-rekan Bung Karno. Karena informasi yang didapat oleh Bung Karno sangat
terbatas, Inggit akhirnya menemukan siasat untuk mengelabui Belanda, yaitu
dengan memberikan tusukan kecil pada telur. 1 tusukan berarti keadaan baik-baik
saja, 2 tusukan berarti ada seorang rekan yang ditangkap, dan 3 tusukan berarti
ada penangkapan besar-besaran terhadap para aktivis kemerdekaan Indonesia.
Bung Karno yang sangat menyukai wayang, terinspirasi dari sosok salah
satu tokoh bernama Gatot Kaca yang “kebenaran akan menang, walau harus kalah
berkali-kali”.
Dalam biografinya yang tertulis di buku ‘Bung Karno, Penyambung Lidah Rakyat Indonesia”, Bung Karno
menuturkan, "Pertunjukan wayang di dalam sel itu tidak
hanya menyenangkan dan menghiburku. Dia juga menenangkan perasaan dan memberi
kekuatan pada diriku. Bayangan-bayangan hitam di kepalaku menguap bagai kabut
dan aku bisa tidur nyenyak dengan penegasan atas keyakinanku. Bahwa yang baik
akan menang atas yang jahat.”
Dengan keyakinan tersebut, Bung Karno percaya bahwa Belanda akan takluk oleh
perjuangan rakyat Indonesia.
Bung Karno yang begitu mencintai Indonesia dan
berjuang mati-matian demi kemerdekaan Indonesia, akhirnya dilantik sebagai
presiden pertama Indonesia pada 18 Agustus 1945 dengan Drs. Moh. Hatta sebagai
wakil presiden.
Selama kepemimpinan Bung Karno, beliau sangat
menekankan nilai-nilai nasionalisme. Beliau dikenal sebagai sesosok yang penuh
kharisma, pantang menyerah dan rela berkorban demi persatuan dan kesatuan
Indonesia. Beliau sangat menentang adanya kolonialisme dan mengutamakan
kemandirian suatu bangsa. Dalam setiap pidato, Bung Karno selalu menggelorakan
semangat revolusi. Sosok yang berani namun mencintai keindahan. Bung Karno
menghargai adanya perbedaan. Beliau tidak membedakan apakah rakyatnya dari
kelompok tertentu, agama tertentu, kelompok etnis, dan lain-lain.
Dengan karakteristik kepemimpinan Bung Karno, Indonesia
akan dapat mempertahankan budaya nasional dan budaya daerah sehingga tidak
terjadi pemudaran rasa nasionalis pada bangsa Indonesia. Namun sikap Bung Karno
cenderung fanatik sehingga menjadi otoriter karena terkesan memaksakan kehendak
beliau sendiri. Idealisme yang dianut oleh Bung Karno menimbulkan sentralisasi
kekuasaan dan terjadinya banyak penyimpangan terhadap Undang-Undang Dasar 1945,
seperti adanya pengangkatan MPRS oleh Presiden.